Jalan itu kecil dan lengang. Hanya terdapat beberapa motor
yang lewat. Hari masih pagi. Terdengar suara kokokan ayam dari samping rumah.
Panasnya mentari pagi menghangatkan tubuh.
seorang perempuan sedang menjemur pakaian dan seorang lelaki
sedang mengepel lantai. Yang lainnya, ada yang mandi, ada yang duduk sambil
membaca buku. Ada juga yang berdandan, adapula yang masih tidur.
Nama desa itu Babakansari. Tempat rumah bercat hijau itu
berteduh. Pagar besi dan dindingnya sewarna. Ada dua buah motor yang diparkir
di halaman. Dua motor yang hanya bisa dinaiki oleh tiga orang. Ya, tiga orang. Sebuah
motor dengan tulisan jupiterZ disampingnya, adalah milik Halim. Satu lagi milik
Johan, seorang pecinta sepeda motor tua dan antik, katanya. Motornya tak bisa
dinaiki lebih dari satu orang. “mungkin
karena sudah tua” pikirku.
Ini adalah hari ketiga sejak kami memulai aktifitas kami
disni. Perkenalkan, kami mahasiswa tingkat akhir yang baru melaksanakan program
PL atau praktek lapang, dari sebuah perguruang tinggi swasta yang sebenarnya
berada di kawasan Kabupaten Sumedang tetapi tidak mau mengakuinya. Kami selalu
meletakkan kata’Bandung’ dibelakangnya, Jatinangor Bandung, biar lebih keren.
Ceritanya, kami akan tinggal selama sebulan disini, di desa
Babakansari. Berangkat ke Koperasi pagi pukul 08.00 dan pulang sore pukul 15.00
layaknya pegawai kantoran, begitu seterusnya. Untungnya rumah kontrakan ga jauh-jauh amat dari koperasi, jadi ga
perlu naik angkot dan bermacet-macet ria layaknya di Jakarta. Haha lebay! Ini di
kampung booo’!
Tujuh jam berada di Kantor Koperasi itu sedikit membosankan
bagiku. Awalnya kupikir ini bakal menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan.
Saya akan duduk dengan memasang wajah senyum manis di depan meja teller sambil
melayani para anggota atau nasabah yang berdatangan. Rupanya tidak seperti itu,
tidak sama sekali. Mencoba menjadi seorang teller pun tidak, oh kasian. Koperasi itu sudah mempunyai
karyawan yang memadai sehingga tidak perlu bantuan tenaga kerja lagi. Lamaran kerja ditolak, huhu.
Koperasi itu menerima kami karena tugas kami yang sebenarnya
adalah berperan sebagai konsultan koperasi. Kami akan menganalisis masalah yang
ada dan membantu mencari jalan keluarnya. Kami ada lima orang dengan lima
bidang yang berbeda pula. Saya dan Widi berperan sebagai konsultan keuangan dan
perbankan (red: saya jurusan keuangan dan
Widi jurusan Perbankan), Halim berperan sebagai seorang ahli SDM (Sumber
Daya Manusia), Johan, si pemilik motor tua, berperan sebagai seorang ahli
pemasaran, dan Ali yang jelas-jelas mengambil jurusan Komunikasi Bisnis dan
Penyuluhan. Berdasarkan jurusan kami, yang paling cocok jadi konsultan ya si
Ali, tetapi katanya, jurusannya itu lebih ke komunikasi dan lebih banyak
membahas tentang PR (public relation).
Kami ditempatkan pada koperasi yang bergerak di bidang jasa keuangan.
Nama koperasinya adalah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Bina Insan Madani yang
biasa disingkat KJKS BIM. Fokus utamanya ada pada jasa simpan pinjam uang,
tetapi koperasi ini juga memantu usaha anggotanya yang bergerak dalam bidang
perkebunan dan peternakan. Walaupun baru berdiri sejak 10 tahun yang lalu,
tetapi koperasi ini telah mempunyai dua cabang dan satu binaan. Dengan asset
yang telah mencapai 5 milliar, pengurus dan pengelola terus berusaha
mengembangkan koperasi ini. Pengurus koperasi ini sangat tanggap dengan akan
dimulainya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada akhir tahun 2015.
Kalau boleh saya saran kepada teman-teman
yang membaca tulisan ini, jika ingin meminjam atau menyimpan uang,
gunakanlah lembaga keuangan dalam negeri
alias yang punya orang Indonesia, yang syari’ah juga tentunya. Bukan keinginan
saya, melarang teman-teman untuk mencoba hal-hal baru jika MEA tengah
berlangsung. Mencoba sesuatu yang baru itu seru, saya pun menyukainya, tetapi
kita harus pintar-pintar dalam hal pilih-memilih. Berusahalah untuk mencintai
produk kita, produk indonesia. Orang asing yang masuk ke Indonesia bukan hanya
sekedar untuk menjual produk mereka, tetapi mereka juga ingin memperkaya negeri
mereka.
Sejak berada di desa ini, saya selalu teringat akan kampung
halaman tercinta, Desa Negeri Lima, Ambon. Penyakit yang namanya homesick itu selalu muncul, membuat saya
selalu berharap cepat datangnya bulan Agustus, wisuda, dan pulaaang YEAY!
Hahaha.
Desa, tempat kedua terdapat banyak pohon tumbuh setelah
hutan, setidaknya menurutku begitu. Suasana yang hening. Hanya terdapat
beberapa kendaraan yang lewat. Tak pernah ada yang namanya kemacetan. Tenang
dan damai.
Karena tidak begitu sibuk setelah balik dari koperasi di
sore hari selain mikirin skripsi, maka saya sering ke masjid yang letaknya
tidak terlalu jauh dari kontrakan. Hanya berjarak tiga rumah. Saya mencoba
menyibukkan diri dengan mengikuti agenda2 desa seperti ikut pengajian tiap malam
jum’at dan pengajian bareng ibu-ibu di hari jum’at siang ba’da jum’atan.
Hihihi. Ada juga program jumsih (jum’at bersih) yaitu kerja bakti setiap hari
jum’at pagi dan berhenti sebelum jum’atan.
Sebenarnya banyak waktu kosong ketika PL, tetapi itu bisa
diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Bermanfaat bagi kita, dan juga bagi
orang lain. Banyak laporan yang harus dibuat juga selama PL. Laporan buat ke
kampus, laporan buat ke dinas koperasi maupun laporan buat koperasinya sendiri.
Dalam melaksanakan salah satu kewajiban yang mana harus
dikerjakan berkelompok, selalu ada hal-hal yang tidak diinginkan diantara
sesama personil. Tetapi agar kewajiban bisa berjalan dengan lancar, ya
masing-masing personil harus menghilangkan egonya, dengan tidak mengikuti
kemauan pribadi tetapi mengikuti kemauan kelompok, terutama jika hal itu
berkaitan dengan kelompok.
Dengan mengikuti PL ini, sebenarnya banyak pelajaran yang
bisa dipetik, baik secara personil maupun secara berkelompok. Kita bisa
mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup kita, dimanapun kaki melangkah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar