Rabu, 11 Maret 2015

Praktek Lapang Di KJKS Bina Insan Madani, Desa Babakansari, Kabupaten Majalengka, Kecamatan Bantarujeg.

Jalan itu kecil dan lengang. Hanya terdapat beberapa motor yang lewat. Hari masih pagi. Terdengar suara kokokan ayam dari samping rumah. Panasnya mentari pagi menghangatkan tubuh.
seorang perempuan sedang menjemur pakaian dan seorang lelaki sedang mengepel lantai. Yang lainnya, ada yang mandi, ada yang duduk sambil membaca buku. Ada juga yang berdandan, adapula yang masih tidur.

Nama desa itu Babakansari. Tempat rumah bercat hijau itu berteduh. Pagar besi dan dindingnya sewarna. Ada dua buah motor yang diparkir di halaman. Dua motor yang hanya bisa dinaiki oleh tiga orang. Ya, tiga orang. Sebuah motor dengan tulisan jupiterZ disampingnya, adalah milik Halim. Satu lagi milik Johan, seorang pecinta sepeda motor tua dan antik, katanya. Motornya tak bisa dinaiki lebih dari satu orang. “mungkin karena sudah tua” pikirku.

Ini adalah hari ketiga sejak kami memulai aktifitas kami disni. Perkenalkan, kami mahasiswa tingkat akhir yang baru melaksanakan program PL atau praktek lapang, dari sebuah perguruang tinggi swasta yang sebenarnya berada di kawasan Kabupaten Sumedang tetapi tidak mau mengakuinya. Kami selalu meletakkan kata’Bandung’ dibelakangnya, Jatinangor Bandung, biar lebih keren.

Ceritanya, kami akan tinggal selama sebulan disini, di desa Babakansari. Berangkat ke Koperasi pagi pukul 08.00 dan pulang sore pukul 15.00 layaknya pegawai kantoran, begitu seterusnya. Untungnya rumah kontrakan ga jauh-jauh amat dari koperasi, jadi ga perlu naik angkot dan bermacet-macet ria layaknya di Jakarta. Haha lebay! Ini di kampung booo’!

Tujuh jam berada di Kantor Koperasi itu sedikit membosankan bagiku. Awalnya kupikir ini bakal menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Saya akan duduk dengan memasang wajah senyum manis di depan meja teller sambil melayani para anggota atau nasabah yang berdatangan. Rupanya tidak seperti itu, tidak sama sekali. Mencoba menjadi seorang teller pun tidak, oh kasian. Koperasi itu sudah mempunyai karyawan yang memadai sehingga tidak perlu bantuan tenaga kerja lagi. Lamaran kerja ditolak, huhu.

Koperasi itu menerima kami karena tugas kami yang sebenarnya adalah berperan sebagai konsultan koperasi. Kami akan menganalisis masalah yang ada dan membantu mencari jalan keluarnya. Kami ada lima orang dengan lima bidang yang berbeda pula. Saya dan Widi berperan sebagai konsultan keuangan dan perbankan (red: saya jurusan keuangan dan Widi jurusan Perbankan), Halim berperan sebagai seorang ahli SDM (Sumber Daya Manusia), Johan, si pemilik motor tua, berperan sebagai seorang ahli pemasaran, dan Ali yang jelas-jelas mengambil jurusan Komunikasi Bisnis dan Penyuluhan. Berdasarkan jurusan kami, yang paling cocok jadi konsultan ya si Ali, tetapi katanya, jurusannya itu lebih ke komunikasi dan lebih banyak membahas tentang PR (public relation).

Kami ditempatkan pada koperasi yang bergerak di bidang jasa keuangan. Nama koperasinya adalah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Bina Insan Madani yang biasa disingkat KJKS BIM. Fokus utamanya ada pada jasa simpan pinjam uang, tetapi koperasi ini juga memantu usaha anggotanya yang bergerak dalam bidang perkebunan dan peternakan. Walaupun baru berdiri sejak 10 tahun yang lalu, tetapi koperasi ini telah mempunyai dua cabang dan satu binaan. Dengan asset yang telah mencapai 5 milliar, pengurus dan pengelola terus berusaha mengembangkan koperasi ini. Pengurus koperasi ini sangat tanggap dengan akan dimulainya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada akhir tahun 2015.

Kalau boleh saya saran kepada teman-teman yang membaca tulisan ini, jika ingin meminjam atau menyimpan uang, gunakanlah  lembaga keuangan dalam negeri alias yang punya orang Indonesia, yang syari’ah juga tentunya. Bukan keinginan saya, melarang teman-teman untuk mencoba hal-hal baru jika MEA tengah berlangsung. Mencoba sesuatu yang baru itu seru, saya pun menyukainya, tetapi kita harus pintar-pintar dalam hal pilih-memilih. Berusahalah untuk mencintai produk kita, produk indonesia. Orang asing yang masuk ke Indonesia bukan hanya sekedar untuk menjual produk mereka, tetapi mereka juga ingin memperkaya negeri mereka.

Sejak berada di desa ini, saya selalu teringat akan kampung halaman tercinta, Desa Negeri Lima, Ambon. Penyakit yang namanya homesick itu selalu muncul, membuat saya selalu berharap cepat datangnya bulan Agustus, wisuda, dan pulaaang YEAY! Hahaha.

Desa, tempat kedua terdapat banyak pohon tumbuh setelah hutan, setidaknya menurutku begitu. Suasana yang hening. Hanya terdapat beberapa kendaraan yang lewat. Tak pernah ada yang namanya kemacetan. Tenang dan damai.

Karena tidak begitu sibuk setelah balik dari koperasi di sore hari selain mikirin skripsi, maka saya sering ke masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari kontrakan. Hanya berjarak tiga rumah. Saya mencoba menyibukkan diri dengan mengikuti agenda2 desa seperti ikut pengajian tiap malam jum’at dan pengajian bareng ibu-ibu di hari jum’at siang ba’da jum’atan. Hihihi. Ada juga program jumsih (jum’at bersih) yaitu kerja bakti setiap hari jum’at pagi dan berhenti sebelum jum’atan.

Sebenarnya banyak waktu kosong ketika PL, tetapi itu bisa diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Bermanfaat bagi kita, dan juga bagi orang lain. Banyak laporan yang harus dibuat juga selama PL. Laporan buat ke kampus, laporan buat ke dinas koperasi maupun laporan buat koperasinya sendiri.

Dalam melaksanakan salah satu kewajiban yang mana harus dikerjakan berkelompok, selalu ada hal-hal yang tidak diinginkan diantara sesama personil. Tetapi agar kewajiban bisa berjalan dengan lancar, ya masing-masing personil harus menghilangkan egonya, dengan tidak mengikuti kemauan pribadi tetapi mengikuti kemauan kelompok, terutama jika hal itu berkaitan dengan kelompok.

Dengan mengikuti PL ini, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa dipetik, baik secara personil maupun secara berkelompok. Kita bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup kita, dimanapun kaki melangkah :)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar