Rabu, 25 November 2015

ACHIEVING ECONOMIC SUSTAINABILITY THROUGH FINANCIAL SYSTEM STABILITY


Sabtu, 21 November 2015

Pada tulisan ini, saya hanya akan membahas materi yang saya dapat pada saat mengikuti seminar yang diadakan oleh mahasiswa fakultas ekonomika dan bisnis di Auditorium Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Cerita jalan-jalan untuk sekedar mengeksplor Jogja akan saya paparkan pada tulisan berikutnya, insya Allah.

Seminar yang bertemakan "Achieving Economic Sustainability Trhough Financial System Stability" ini dimoderatori oleh Bpk. A. Tony Prasetiantono, one of the lecturers in Gadjah Mada University yang juga menjabat sebagai Independent Commissioner of Permata Bank. Dari temanya saja sudah ketahuan kalo ini seminar ekonomi banget, especially keuangan. Hehe

"Dampak dari menguatnya ekonomi Amerika Serikat berpengaruh pada melemahnya kurs rupiah"- Pembukaan yg dilakukan oleh moderator. Setelah sedikit berbicara dan memberikan beberapa guyonan yang membuat suasana seminar menjadi cair dan menyenangkan, beliau mempersilahkan Bpk. Boediono selaku Keynote Speaker untuk memulai materi yang akan dibahas pada seminar.

Bpk. Boediono, dengan perawakannya yang sangat tenang mulai berdiri diatas podium dan memberikan materi yang menurut saya agak berat untuk saya cerna. Hahaha.
Materi cakupan beliau adalah mengenai Indonesian crisis yang mencakup history, indicator, and solution dan financial system stability yang mencakup defenition, the importance of its sustainability, and the rule of related institution (ministry of finance, OJK, BI, LPS).

"Ilmu ekonomi tidak semata-mata mempelajari tentang kurva dan aljabar namun tentang bagaimana cara memecahkan masalah dunia riil, oleh karena itu penting untuk mempelajari sejarah."- Boediono

Sejarah terjadinya krisis di Indonesia pada tahun 1997-1998 dan tahun 2008 diceritakan kembali oleh beliau.

Indikator terjadinya krisis ada tiga, yaitu :
1. Gejolak harga komoditi ekspor dan impor.
2. Perubahan arah aliran modal uang. Yaitu pembalikan arus dana yang memberikan dampak eksklusif.
3. Fenomena gejala alam (el nino) seperti kekeringan panjang yang mempengaruhi produksi pangan Indonesia (1997-1998). Gangguan alam memang tidak memicu krisis, namun memperburuk keadaan.

Solusi yang disampaikan oleh Bpk. Boediono mengenai hal ini adalah sistem keuangan yang harus mempunyai mekanisme peredam. Struktur harus dibuat sebaik mungkin yang juga dilihat atau disesuaikan dengan kapasitas peredam.

Pak Boediono menyampaikan bahwa terdapat tiga lini pertahanan terjadinya krisis, yaitu :
1. Struktur ekonomi yang tahan krisis dilakukan dengan cara memperdalam pasar (pasar devisa, pasar saham, pasar surat utang/obligasi, pasar uang antar-bank)
2. Menanamkan kultur kehati-hatian (prudence) pada pelaku ekonomi makro.
3. Kredibilitas dan kepercayaan. Kedua hal ini menjadi sangat penting untuk dimiliki pada saat krisis terjadi. Hal ini dapat mengurangi dampak riil akibat krisis.
"Negeri ini masih membutuhkan ekonom-ekonom yang mumpuni", kata beliau.

Meningkatnya harga asset, properti, dan saham membuat terjadinya gelembung. Dan salah satu faktor penyebab terjadinya gelembung adalah utang-piutang.

Kesimpulan yang bisa diambil dari penjelasan Bpk. Boediono adalah :
1. Setiap krisis mempunyai keunikan tersendiri, yang mana tidak semua solusi cocok untuk diterapkan.
2. Dalam krisis keuangan, semuanya berjalan sangat cepat, terkadang hanya dalam hitungan jam. Oleh karena itu membutuhkan respon yang sangat cepat juga, sehingga dibutuhkan koordinasi antar lembaga.
3. Walaupun tiap krisis mempunyai keunikan kita bisa merumuskan solusi yang tepat berdasarkan krisis yang terjadi di masa lampau.


Pemateri berikutnya adalah Bpk. Bambang P. S. Brodjonegoro. Beliau merupakan Indonesia Minister of Finance.

Pak Bambang lebih banyak menjelaskan mengenai strategi kebijakan untuk menghadapi kondisi ekonomi terkini dan jangka panjang.

Jika sudah terjadi investasi yang berlebihan lalu pertumbuhan ekonomi masih digenjot maka akan mengakibatkan naiknya inflasi, sehingga dibutuhkan moderasi.

Era komoditas utama sebagai sumber pendapatan Indonesia sudah berakhir. Seperti Batu bara yang unfriendly environment karena banyak menimbulkan polusi sehingga tidak akan menjadi leading export comodity bagi Indonesia. Sementara Cpo masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

Masyarakat Indonesia harus mengubah pola pikirnya menjadi pola pikir negara maju, yang mana semua berbasis industry/manufaktur. Manufaktur yang berbasis Sumberdaya alam Indonesia (ex:tambang mentah)

Sudah saatnya Indonesia membangun industri pengolahan agar value-added yang dihasilkan dari output menjadi milik Indonesia. Saatnya Indonesia memindahkan value-added yang ada di Cina dan Jepang ke Indonesia, karena selama ini Indonesia hanya mengirim bahan mentah ke Cina dan Jepang untuk diolah oleh kedua negara tersebut sehingga bahan mentah tersebut memiliki nilai tambah yang dimiliki oleh mereka.

All value-added harus dibuat di Indonesia berdasarkan SDA yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan menyempurnakan infrastruktur yang ada maka akan memberikan efek multiplyer yang luar biasa.

Pemateri selanjutnya adalah Bpk. Muliaman D. Hadad, Chairman of OJK Board of Commissioners.

Mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui stabilitas sistem keuangan.

Beliau sangat menekankan kepada pendalaman pasar keuangan (keuangan inklusi), yang merupakan salah satu program yang sedang digenjot oleh OJK.

Beliau juga menyinggung mengenai grup-grup keuangan atau yang biasa disebut dengan konglomerasi keuangan.
Konglomerasi keuangan di Indonesia akan bisa disinergikan jika antar lembaga keuangan memiliki 'bahasa komunikasi' yang sama.

Salah satu upaya mewujudkan sasaran Master Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia (MPSJKI) 2015-2019 adalah melalui financial deepening atau pendalaman pasar keuangan.

Seiring dengan semakin berkembangnya kondisi perekonomian suatu negara, kontribusi industri keuangan non-bank (IKNB) dan pasar modal akan bertambah besar dan relatif terhadap perbankan.

Pendalaman pasar keuangan dilakukan oleh sektor jasa keuangan dan pasar keuangan (pasar obligasi dan pasar modal) yang masing-masing dimulai dari tingkat kedalaman, akses, efisiensi, serta stabilitas.

Pendalaman sektor keuangan vs pertumbuhan ekonomi
(Financial development index)

1. Pengembangan sektor keuangan (multiasset) tidak boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu lambat.
2. Pengembangan sektor keuangan dapat didorong dengan meletakkan fondasi yang kuat pada aktivitas usaha, iklim pengaturan dan pengawasan.


The fourth speaker, Bpk. Fauzi Ichsan, Commissioner of the Board of Indonesia Deposit Insurnce Corporation,

Krisis perbankan

Dalam stabilitas keuangan, LPS adalah ujung tombak kebijakan perbankan dan merupakan benteng terakhir sebelum penyelamatam oleh pemerintah.

Karena Indonesia telah mengalami krisis pada tahun 1997-1998, perbankan Indonesia juga telah mengalami reformasi dengan pertahanan yang jauh lebih baik.

Pak Fauzi nampaknya sangat optimis kalau Indonesia tidak akan mengalami krisis perbankan dengan mengatakan bahwa selama kurs dollar masih dibawah Rp.16.000, maka kondisi perbankan di Indonesia masih bisa bertahan. Kemudian beliau juga mengatakan bahwa selama OJK belum memasukkan salah satu bank umum ke dalam pengawasan khusus, maka keadaan perbankan masih aman-aman saja.

Dalam keadaan normal tidak menguntungkan untuk memegang dolar karena itu kami dari LPS tetap optimis rupiah akan membaik.

The fifth speaker,Bpk. Mansury, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri.

Kita beruntung dengan adanya krisis, karena dari situlah kita belajar. Baik corporate, government, dan lainnya belajar dari krisis terdahulu.
Sektor keuangan Indonesia saat ini masih didominasi sektor perbankan. Sehingga pendalaman sektor keuangan masih sangat diperlukan di Indonesia.
Selain pendalaman sektor keuangan, innovation financial inclusion juga penting dikembangkan di Indonesia saat ini.

Jumat, 20 November 2015

SOSOK SEORANG “GURUKU PAHLAWANKU”



“…dulu saya mengajar di SMA Negeri 3 Poka. Sekarang saya menjadi guru tetap di SMA Negeri 13 Ambon dan menjadi guru setengah tetap disini.”

Serentak kami tertawa ketika mendengar penjelasan dari seorang bapak yang tengah memperkenalkan diri di depan kelas. Pak Ali namanya. Beliau seorang pengajar matematika di kelas kami. Usianya tak bisa dibilang muda lagi, namun semangat mengajarnya jangan diragukan.

Tanpa bantuan buku pegangan, beliau langsung menulis beberapa materi yang akan kami pelajari selama satu semester awal di papan tulis dan memulai dengan membahas materi bahasan pertama. Excited! Itulah kesan pertama yang kami tunjukkan kepada bapak yang sudah beruban ini. Pengajarannya sangat simple dan cara penyelesaian soalnya sangat cepat.

Beliau seringkali menantang kami untuk memberikan sejumlah soal kepadanya, dan kemudian soal itu akan diselesaikan dalam tempo yang sangat singkat. Kemudian beliau balik memberikan kami tantangan untuk mengerjakan sejumlah soal yang beliau berikan kepada kami, namun kami sering kewalahan dalam mengerjakan soal-soal tersebut.

“ko bisa?”
“ko bisa?”
“ko bodoh

Itulah kata-kata yang sering keluar dari mulut beliau ketika beliau menantang kami untuk menyelesaikan soal di depan kelas. Kata-kata yang menohok, namun dapat memberikan dorongan yang sangat kuat kepada kami untuk terus belajar agar tidak terus-menerus dikatakan bodoh oleh beliau.

Walau beliau sudah sangat tua dan jadwal mengajar beliau di dua sekolah sangat padat, namun beliau masih mau memberikan les tambahan kepada kami selaku murid kelas tiga yang pada saat itu akan menghadapi Ujian Nasional.

Terkadang kami merasa sangat takut, karena kami hormat kepada beliau. Rasa takut ketika kami tidak bisa menyelesaikan soal-soal dengan baik, karena beliau telah berusaha untuk memberikan pelajaran dengan sebaik-baiknya. Beliau lebih memilih menghabiskan masa tuanya bersama kami di dalam kelas dibanding duduk santai menghabiskan waktu di halaman rumah. Beliau dengan sangat tulus memberikan kami pengetahuan dan menyelamatkan kami dari buta matematika pada Ujian Nasional, karena dari kami tak satupun yang gagal dalam menghadapi Ujian Nasonal Matematika pada waktu itu. Nilai yang kami peroleh pun cukup mampu untuk membuat beliau bangga kepada kami dan kami bangga kepada beliau.

“matematika itu harus dikerjakan sepenuh hati. Walaupun banyak rumusnya, selesaikan dengan kesungguhan. Dengan cinta.”- (kalimat yang beliau sampaikan pada pemantapan Ujian Nasional Tahun 2011)

Beliau adalah sosok pahlawan kami, pahlawan yang memberi tanpa mengharap balas jasa. Terima kasih Pak.


Tulisan dibuat untuk lomba menulis “Guruku Pahlawanku”



Kamis, 12 November 2015

KOS-KOSAN DI TAMANSARI, BANDUNG

Sedikit merasa aneh dengan penempatan kos-kosan bagi cowok dan cewek di kawasan tamansari, sekitaran baltos. Cewek disediakan kamar dengan fasilitas lengkap beserta gedung atau bangunan kamarnya yang apik, indah dipandang mata. Sementara cowok, kos-kosan yng disediakan tak beda jauh sama perumahan kumuh. Harga kos-kosannya juga tak beda jauh. Kos-kosan cewek dengan fasilitasnya yang sangat lengkap berkisar pada angka 9-14juta, sementara kos-kosan cowok dengan segala keterbatasannya berada pada angka 4-7juta. Apa salahnya menyediakan kos-kosan yang sama bagi cowok dan cewek dengan harga yang sama dan fasilitas yang sama?

Anggap saja saya sedang curhat mengenai permasalahan mencari kosan di kawasan ini buat adik laki-laki saya. Pencarian kos-kosan dengan fasilitas yang bagus sangatlah susah bagi cowok, dan sangatlah gampang bagi cewek. Bagaimana tidak? Mendapatkan kos-kosan dengan harga 7juta/tahun saja tidak ada satu barangpun yang disediakan oleh pemilik kos-kosan. Semuanya harus dibawa sendiri dari rumah atau beli langsung ke toko. Kamar dengan panjang dan lebar yang tidak seukuran, tekstur dindingnya yang sangat tidak merata, langit-langit kamarnya yang bahkan ketika dihiasi dengan bulan dan bintang hiasan pun tak akan kelihatan indah.

Yaaah, mungkin bagi sebagian orang hal itu tidaklah masalah, yang penting bisa menjadi tempat yang nyaman buat tidur, toh sebagian besar hari sudah dihabiskan di dalam kampus. Bagi saya, tetap saja kos-kosan menjadi rumah kedua bagi kami, anak perantauan. Yang mana bisa dipergunakan sebagai tempat tidur, tempat belajat, tempat santai. Bagaimana bisa nyaman jikalau kondisi kosannya saja tidak mendukung? Yang lebih parahnya lagi, kalau musim hujan selalu ada banjir mendadak hanya karena atap kosannya bocor. Betapa terdiskriminasinya kaum lelaki.

Saya menduga ada beberapa alasan mengapa hal demikian bisa terjadi. Mungkin karena para cewek lebih rapi dari pada cowok, atau karena cewek senang dengan keindahan akhirnya kosan cewek dipercantik sehingga enak dipandang mata. Yaaa tapi tetap aja tidak semua cewek/cowok sama dengan yang diperkirakan. Toh tetap aja pasti ada yang berbeda.

Huufft. Sabar sajalah buat para lelaki yang lagi mencari kos-kosan yang bagus di daerah ini.

PENGANGGURAN

Lulusan S1 pada zaman sekarang sudah tidak berbeda dengan lulusan SMA pada tahun 2000an. Artinya, sudah banyak yang memiliki gelar yang sama seperti kita, sehingga kita perlu mencari pembeda antara kita dengan orang lain dengan menambah kemampuan soft skill kita. Entah dengan cara menguasai berbagai bahasa asing, memiliki keahlian design grafis, atau yang lainnya agar mudah di-hire sama perusahaan bonafid atau sesuai dengan keinginan kita. Dengan lulusan yang semakin bertambah setiap tahun bahkan kurang dari itu, maka pesaing kita juga bertambah banyak. Bisa jadi, adik angkatan kita memperoleh pekerjaan lebih dulu dari pada kita, atau kita memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari kakak angkatan kita. Wallahu a'lam, hanya Allah SWT. yang tahu.

Ditambah dengan kondisi perekonomian negara kita yang belum memberikan kabar baik, harga-harga melambung seiring dengan naiknya inflasi, nilai tukar rupiah yang belum stabil, dan tentunya tingkat pengangguran yang semakin tinggi karena putusan hubungan kerja (phk) terhadap karyawan yang terjadi di berbagai perusahaan.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah untuk menstabilkan kondisi perekonomian Indonesia. Berbagai regulasi dilakukan oleh pihak yang berwenang. Semoga dapat memberikan hasil yang terbaik bagi kita, rakyat Indonesia. Do'akan selalu, Insya Allah.

Rabu, 11 Maret 2015

Praktek Lapang Di KJKS Bina Insan Madani, Desa Babakansari, Kabupaten Majalengka, Kecamatan Bantarujeg.

Jalan itu kecil dan lengang. Hanya terdapat beberapa motor yang lewat. Hari masih pagi. Terdengar suara kokokan ayam dari samping rumah. Panasnya mentari pagi menghangatkan tubuh.
seorang perempuan sedang menjemur pakaian dan seorang lelaki sedang mengepel lantai. Yang lainnya, ada yang mandi, ada yang duduk sambil membaca buku. Ada juga yang berdandan, adapula yang masih tidur.

Nama desa itu Babakansari. Tempat rumah bercat hijau itu berteduh. Pagar besi dan dindingnya sewarna. Ada dua buah motor yang diparkir di halaman. Dua motor yang hanya bisa dinaiki oleh tiga orang. Ya, tiga orang. Sebuah motor dengan tulisan jupiterZ disampingnya, adalah milik Halim. Satu lagi milik Johan, seorang pecinta sepeda motor tua dan antik, katanya. Motornya tak bisa dinaiki lebih dari satu orang. “mungkin karena sudah tua” pikirku.

Ini adalah hari ketiga sejak kami memulai aktifitas kami disni. Perkenalkan, kami mahasiswa tingkat akhir yang baru melaksanakan program PL atau praktek lapang, dari sebuah perguruang tinggi swasta yang sebenarnya berada di kawasan Kabupaten Sumedang tetapi tidak mau mengakuinya. Kami selalu meletakkan kata’Bandung’ dibelakangnya, Jatinangor Bandung, biar lebih keren.

Ceritanya, kami akan tinggal selama sebulan disini, di desa Babakansari. Berangkat ke Koperasi pagi pukul 08.00 dan pulang sore pukul 15.00 layaknya pegawai kantoran, begitu seterusnya. Untungnya rumah kontrakan ga jauh-jauh amat dari koperasi, jadi ga perlu naik angkot dan bermacet-macet ria layaknya di Jakarta. Haha lebay! Ini di kampung booo’!

Tujuh jam berada di Kantor Koperasi itu sedikit membosankan bagiku. Awalnya kupikir ini bakal menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Saya akan duduk dengan memasang wajah senyum manis di depan meja teller sambil melayani para anggota atau nasabah yang berdatangan. Rupanya tidak seperti itu, tidak sama sekali. Mencoba menjadi seorang teller pun tidak, oh kasian. Koperasi itu sudah mempunyai karyawan yang memadai sehingga tidak perlu bantuan tenaga kerja lagi. Lamaran kerja ditolak, huhu.

Koperasi itu menerima kami karena tugas kami yang sebenarnya adalah berperan sebagai konsultan koperasi. Kami akan menganalisis masalah yang ada dan membantu mencari jalan keluarnya. Kami ada lima orang dengan lima bidang yang berbeda pula. Saya dan Widi berperan sebagai konsultan keuangan dan perbankan (red: saya jurusan keuangan dan Widi jurusan Perbankan), Halim berperan sebagai seorang ahli SDM (Sumber Daya Manusia), Johan, si pemilik motor tua, berperan sebagai seorang ahli pemasaran, dan Ali yang jelas-jelas mengambil jurusan Komunikasi Bisnis dan Penyuluhan. Berdasarkan jurusan kami, yang paling cocok jadi konsultan ya si Ali, tetapi katanya, jurusannya itu lebih ke komunikasi dan lebih banyak membahas tentang PR (public relation).

Kami ditempatkan pada koperasi yang bergerak di bidang jasa keuangan. Nama koperasinya adalah Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Bina Insan Madani yang biasa disingkat KJKS BIM. Fokus utamanya ada pada jasa simpan pinjam uang, tetapi koperasi ini juga memantu usaha anggotanya yang bergerak dalam bidang perkebunan dan peternakan. Walaupun baru berdiri sejak 10 tahun yang lalu, tetapi koperasi ini telah mempunyai dua cabang dan satu binaan. Dengan asset yang telah mencapai 5 milliar, pengurus dan pengelola terus berusaha mengembangkan koperasi ini. Pengurus koperasi ini sangat tanggap dengan akan dimulainya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada akhir tahun 2015.

Kalau boleh saya saran kepada teman-teman yang membaca tulisan ini, jika ingin meminjam atau menyimpan uang, gunakanlah  lembaga keuangan dalam negeri alias yang punya orang Indonesia, yang syari’ah juga tentunya. Bukan keinginan saya, melarang teman-teman untuk mencoba hal-hal baru jika MEA tengah berlangsung. Mencoba sesuatu yang baru itu seru, saya pun menyukainya, tetapi kita harus pintar-pintar dalam hal pilih-memilih. Berusahalah untuk mencintai produk kita, produk indonesia. Orang asing yang masuk ke Indonesia bukan hanya sekedar untuk menjual produk mereka, tetapi mereka juga ingin memperkaya negeri mereka.

Sejak berada di desa ini, saya selalu teringat akan kampung halaman tercinta, Desa Negeri Lima, Ambon. Penyakit yang namanya homesick itu selalu muncul, membuat saya selalu berharap cepat datangnya bulan Agustus, wisuda, dan pulaaang YEAY! Hahaha.

Desa, tempat kedua terdapat banyak pohon tumbuh setelah hutan, setidaknya menurutku begitu. Suasana yang hening. Hanya terdapat beberapa kendaraan yang lewat. Tak pernah ada yang namanya kemacetan. Tenang dan damai.

Karena tidak begitu sibuk setelah balik dari koperasi di sore hari selain mikirin skripsi, maka saya sering ke masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari kontrakan. Hanya berjarak tiga rumah. Saya mencoba menyibukkan diri dengan mengikuti agenda2 desa seperti ikut pengajian tiap malam jum’at dan pengajian bareng ibu-ibu di hari jum’at siang ba’da jum’atan. Hihihi. Ada juga program jumsih (jum’at bersih) yaitu kerja bakti setiap hari jum’at pagi dan berhenti sebelum jum’atan.

Sebenarnya banyak waktu kosong ketika PL, tetapi itu bisa diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Bermanfaat bagi kita, dan juga bagi orang lain. Banyak laporan yang harus dibuat juga selama PL. Laporan buat ke kampus, laporan buat ke dinas koperasi maupun laporan buat koperasinya sendiri.

Dalam melaksanakan salah satu kewajiban yang mana harus dikerjakan berkelompok, selalu ada hal-hal yang tidak diinginkan diantara sesama personil. Tetapi agar kewajiban bisa berjalan dengan lancar, ya masing-masing personil harus menghilangkan egonya, dengan tidak mengikuti kemauan pribadi tetapi mengikuti kemauan kelompok, terutama jika hal itu berkaitan dengan kelompok.

Dengan mengikuti PL ini, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa dipetik, baik secara personil maupun secara berkelompok. Kita bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup kita, dimanapun kaki melangkah :)






Sabtu, 24 Januari 2015

MY BEST HOLIDAY #1 TRANSPORT MUSEUM


Guess where was I from that picture ! I was just like in an airport, right?
I was in Transport Museum. It is located in Batu, Malang, one of the most famous tourism places in Indonesia.

When the first time I arrived there, my opinion about that place was "similar as Lembang, Bandung" because the weather is so cold and there are many tourist attractions.

On 16 August 2014, two of my friends and I went to Malang. We departed from English Village, Pare, Kediri. Actually, we were students of Test-English School who were taking courses in the period 10 August. I was taking  IELTS Preparation and they were taking TOEFL Preparation. 

Our course started on Monday to Saturday, 05.30 a.m. until 09.30 p.m. in the first week, whereas in the second week, we started from 05.00 a.m. to 05.30 p.m.. But, saturday was the special day for us. If people would like to say "Thank's God, it's Friday", we did not. Because of Friday was not the weekend for us, so we changed it to "Thank's God, it's Saturday" :D

On Saturday, the course always ended before noon, so we can go wherever we want. We had just 2 days off a week, Saturday and Sunday, but I always assumed that we had just 1 and a half day. so it was not truly 2 days :D.

When I went to Malang, friends of mine in IELTS Preparation class went to Pare square, so I could not be with them.

We went to Malang at 02.00 p.m. by bus, and unfortunately, there is no empty seat so we had to stand for about 3 hours during the trip.

Actually, from Pare to Malang, we will go through Batu, but we did not stop at Batu because we wanted to explore Malang first.

We arrived at around 05.00 p.m., then we prayed Asr in the neighborhood. We prayed Maghrib in K.H. Bedjo Darmoleksono Mosque, which was built by University of Muhammadiyah Malang.

After that, we went to my friend's dorm at arround Brawijaya University. After took a bath and prayed Isha, we toured round Brawijaya University. here we were :D
Kak Ike, Saya, Mba Hilda
 


In the morning, we went to a kind of traditional market. People call it as "Pasar Minggu". Devi joined with us. She is one of our friends in Test-English School who was taking TOEFL Preparation.

We returned to dorm at 10.00 a.m.. We took a bath and waited for Devi because she had to attend her meeting in her campus, Brawijaya University. After she finished, we went to Transport Museum, Batu. Hilda did not go with us because she had to help her friend to finish her friend's thesis.

We went to Transport Museum after midday prayer. We went by motorcycle. After arrived there, we had to pay entry fee of Rp. 75.000,-. It is the fee in the weekend, whereas in the weekdays, you have just pay Rp. 50.000,-. If you bring all kinds of cameras except phone camera, you will be charged an additional fee of Rp. 30.000,-. If you go to this place after 07.00 p.m., you will pay just Rp. 30.000,- in the weekdays and Rp. 50.000,- in the weekend.

This museum exhibits all kinds of ancient transports and modern transports.

When the first time I entered into the museum, I felt so amazing and also almost frustrating. why frustrating? because I thinked that it was a small place. But I was wrong. The place was so big and had good infrastructure.

The first, we were presented with types of transportation in our country, such as Delman. We continue walking along the road and found many kinds of transport from other countries. I felt like we were brought by plane :D

Devi & Saya

Devi, Kak Ike, Saya

If you go there, you will not only see kinds of American transport, but also Italy, England, France, etc..


it is a direction for everybody who would pass that way. Do not be afraid, because there are many directions :D


In Germany. You can see Berlin Wall Memorial over there :D

There are some photoes when we were in UK. Hahaha :D let see !


You can also take a photo with the queen in the palace :D


You can try this escalator also!

Hahaha! Actually it is just a painting on the wall, but just like real :)

There are other photoes when we were there. I intentionally post it here for my memorial :)






Such a tremendous journey !!!

Do not forget to thank to God for all of the things He gives for me, my friends, and all of us :) Alhamdulillah :)

Jumat, 07 November 2014

ROAD TO ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (SECTION 1)

Hiii guls, long time no see. I lost for several months, and here I’m back, hihi :D

I want to tell you about a seminar which I followed this day. The seminars’ theme was about Asean Economic Community 2015. I believe, most of you have ever heard it before. It is one of our government programs with other Asean countries (Singapore, Malaysia, Laos, Cambodia, Philippines, Bruney Darussalam, Thailand, and Myanmar) made in 2003 and will be started in the late of 2015. The big question is, Is Indonesia ready to face Asean Economic Community (AEC) 2015? 


 We know that Government has done a lot of things for this big event, for example, they had socialized AEC 2015 by hold seminars in many places or by a demonstration through advertising or even by blog posts in their official blog/website. They also do have many big plans for Indonesias’ future in AEC 2015 and they have conducted some of their plans, example, they gave funds to many Small and Medium Enterprises to support them to develop their businesses especially to deal with the AEC 2015. 

So are the academics, they also do some efforts to make people who run Small and Medium Businesses more understand AEC 2015, the effects of AEC 2015 on their businesses. They also created and supported students or collegers to be young entrepreneurs who can compete in the AEC 2015 later. They always motivate them to study or learning by doing.

Despite it, Indonesia still has some problems (we call it as challenges) in human resources, infrastructure, logistics, bureaucracy, and legal certainty. Nevertheles, Indonesian has to prepare themself well to face the AEC 2015 even they are ready or not. Because if not, they will be left behind from other Asean Countries, and they will realize that 20 years later when other countries have become developed countries. How pitty noo :(

Here are some tips to face AEC 2015 that I got from that seminar in the first section :

1.      English is important, because we will use this language to talk with other Asean Countries, so we have to have good english skill
2.      Attend training which International or ASEAN standart
3.      Expand our network, not only in Indonesia, but also in ASEAN
4.      Understanding the ASEAN agreements, including members commitment.

Sooo, are you ready for the challenge guys? This is competition time !