Jumat, 20 November 2015

SOSOK SEORANG “GURUKU PAHLAWANKU”



“…dulu saya mengajar di SMA Negeri 3 Poka. Sekarang saya menjadi guru tetap di SMA Negeri 13 Ambon dan menjadi guru setengah tetap disini.”

Serentak kami tertawa ketika mendengar penjelasan dari seorang bapak yang tengah memperkenalkan diri di depan kelas. Pak Ali namanya. Beliau seorang pengajar matematika di kelas kami. Usianya tak bisa dibilang muda lagi, namun semangat mengajarnya jangan diragukan.

Tanpa bantuan buku pegangan, beliau langsung menulis beberapa materi yang akan kami pelajari selama satu semester awal di papan tulis dan memulai dengan membahas materi bahasan pertama. Excited! Itulah kesan pertama yang kami tunjukkan kepada bapak yang sudah beruban ini. Pengajarannya sangat simple dan cara penyelesaian soalnya sangat cepat.

Beliau seringkali menantang kami untuk memberikan sejumlah soal kepadanya, dan kemudian soal itu akan diselesaikan dalam tempo yang sangat singkat. Kemudian beliau balik memberikan kami tantangan untuk mengerjakan sejumlah soal yang beliau berikan kepada kami, namun kami sering kewalahan dalam mengerjakan soal-soal tersebut.

“ko bisa?”
“ko bisa?”
“ko bodoh

Itulah kata-kata yang sering keluar dari mulut beliau ketika beliau menantang kami untuk menyelesaikan soal di depan kelas. Kata-kata yang menohok, namun dapat memberikan dorongan yang sangat kuat kepada kami untuk terus belajar agar tidak terus-menerus dikatakan bodoh oleh beliau.

Walau beliau sudah sangat tua dan jadwal mengajar beliau di dua sekolah sangat padat, namun beliau masih mau memberikan les tambahan kepada kami selaku murid kelas tiga yang pada saat itu akan menghadapi Ujian Nasional.

Terkadang kami merasa sangat takut, karena kami hormat kepada beliau. Rasa takut ketika kami tidak bisa menyelesaikan soal-soal dengan baik, karena beliau telah berusaha untuk memberikan pelajaran dengan sebaik-baiknya. Beliau lebih memilih menghabiskan masa tuanya bersama kami di dalam kelas dibanding duduk santai menghabiskan waktu di halaman rumah. Beliau dengan sangat tulus memberikan kami pengetahuan dan menyelamatkan kami dari buta matematika pada Ujian Nasional, karena dari kami tak satupun yang gagal dalam menghadapi Ujian Nasonal Matematika pada waktu itu. Nilai yang kami peroleh pun cukup mampu untuk membuat beliau bangga kepada kami dan kami bangga kepada beliau.

“matematika itu harus dikerjakan sepenuh hati. Walaupun banyak rumusnya, selesaikan dengan kesungguhan. Dengan cinta.”- (kalimat yang beliau sampaikan pada pemantapan Ujian Nasional Tahun 2011)

Beliau adalah sosok pahlawan kami, pahlawan yang memberi tanpa mengharap balas jasa. Terima kasih Pak.


Tulisan dibuat untuk lomba menulis “Guruku Pahlawanku”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar